JALAN BARENG SHANTIKA
Masa liburan semester genap mulai memasuki masa akhir, usai masa pengenalan akademik, rasanya raga ini butuh asupan piknik. Aku pun berpikir untuk piknik harir itu juga, otak ini mulai memikirkan rute yang pas untuk piknik kali ini, pertama ingin sekali kembali ke kota pelajar atau solo, ada “jagoan” menara kudus yang bermain di jalur itu, tidak lain dan tidak bukan la samba, namun mengingat mas yoyok sang empunya la samba sedang turun jangkar dalam waktu yang lama maka aku urungkan niat yang satu ini. Mulai mencari opsi lainnya, dan tiba-tiba muncul tanah muria dengan bis banternya, hem boleh juga nampaknya dolanan neng tanah muria.
Setelah mantap ingin melancong ke tanah muria sekarang saatnya cari partner piknik, sigit dan reza yang biasa jadi teman piknik nampaknya sedang sibuk dengan urusan kejombloannya, yasudah aku pun iseng mengajak arif dan kebetulan hari ini dan besok libur kerja. Awalnya aku mengajak arif via whatsapp group salah satu PO.Mania dan dia langsung membalas ajakanku pagi ini, dia pun tanpa ragu menerima ajakan piknik kali ini, bagaimana tidak arif yang selalu sibuk bekerja dan kurang piknik ini pasti tak dapat menampik ajakanku setelah puasa piknik yang cukup lama dijalaninya dan juga rantai yang sulit dijinakan.
Setelah ajakan diterima aku dan arif pun mulai menyusun rencana, kita berdua memutuskan untuk hari ini juga berangkat dan harus dapet seat depan, sukar juga syarat yang diajukan arif, tapi aku pun menghiraukan syarat itu yang penting bisa piknik. Tiket keberangkatan saat itu aku yang mengurus dan arif mengurus kepulangan, dan diluar nalar si arif sekejab sudah dapat tiket pulang untuk tujuan kalideres dari jepara dengan seta 2 dan cd dengan armada HR 93 “New Tattoo”
cukup tersentak dengan pergerakan arif yang cepat dan amat niat dalam piknik kali ini. Sementara itu aku masih berusaha untuk memilih armada keberangkatan, aku langsung menghubungi reza si mandor bejeu rawamangun namun naas ternyata B33 incaranku hari ini tanpa punggawa utama abah david dan mas bendol, opsi pertama pun dicoret. Lanjut pada opsi kedua, yaitu haryanto tapi teringat kalo HR90 hari ini sedang service rutin di semarang. Setelah opsi pertama dan kedua gagal, aku melirik pada buaian NS01 namun niatan itu ku urungkan karena awal tahun ini sudah pernah menjajalnya, maka pilihan yang paling pas adalah armadanya mbak shanti. Entah kenapa saat itu new shantika dirasa pas dan amat menggoda, langsung saja kucari nomor agen rawamangun, dan direspon dengan cepat. Akhirnya dua tiket keberangkatan dengan seat C1 dan C2 berhasil diamankan.
Segera aku mengabarkan arif perihal tiket keberangkatan yang sudah ditangan, dan kami berdua pun berjalan untuk menuju rawamangun dengan titik poin pertemuan sebelumnya di terminal kampung rambutan jam 2 siang ini.
Arif yang memang sudah sangat tidak sabar memintaku untuk segera berangkat menuju rawamangun, padahal sekarang baru menunjukan pukul 15.00 sedangkan bis baru akan berangkat jam 7 malam nanti, namun akhirnya setelah menunggu hingga jam 4 sore kami berdua pun meninggalkan kampung rambutan menuju rawamangun, ada ucup dan dian yang berabaik hati mengantarkan kami berdua menuju uki untuk dilanjutkan dengan mayasari 57 menuju rawamangun. Perjalanan dari uki menuju rawamangun hanya ditempuh dalam 8 menit saja, sungguh handal supir 57 memacu laju bis kota yang didukung hino rkt sebagai mesin yang diusungnya.
Aku dan Arif pun mengisi waktu tunggu keberangkatan di Arion untuk mengisi tangki perut sebelum piknik dimulai. Pukul 18.00 kami berdua pindah menuju terminal, Nusantara menjadi muriaan angkatan pertama yang datang dan berangkat dari rawamangun, disusul Haryanto yang kali ini diisi oleh HR81 menggantikan HR90 dan juga HR76 menggantikan HR92. Setelah menunggu satu jam lamanya akhirnya yang ditunggu pun tiba, dari kejauhan sudah terlihat cantik, dengan kedipan dia pun mulai merapat, ya New Shantika “Sahaalah” berbody Jetbus2 pun terlihat cantik ditambah lagi dukungan mesin Hino dengan seri keluaran terbaru, ya Hino RN285 menambah menawan Sahaalah malam, sebelumnya ada “Elegance” yang lebih dahulu masuk rawamangun dan dibelakang Elegance juga Sahaalah terdapat Bejeu B33 “The GoodFather” dan juga Muji Jaya.
Pukul 19.15 Sahaalah mulai meninggalkan Rawamangun, supir pinggir kali ini membawanya dengan sangat halus dan hati-hati dengan armada anyarnya. Kesan pertama melihat “Sahalaah” awalnya ragu menjadikan Hino RN dikelas super executive, namun nampaknya Hino melakukan pembenahan di segi kenyamanan, suspensi RN terasa lebih empuk dan nyaman, juga sistem pengereman RN memiliki kinerja lebih baik dan aman dibanding dengan RK. Interior Sahaalah pun lumayan oke, seat tebal berwarna coklat dan juga bed cover sebagai selimutnya, juga bantal yang cukup tebal, pantas rasanya jika Sahaalah berada di kelas super executive.
Usai meninggalkan rawamangun, Sahaalah mulai memasuki tol dalam kota lalu cikampek, malam ini rasanya tidak ada lawan untuk berlari di jalan tol, maklum kalo muriaan angkatan rawamangun tidak ada teman “bermain”, karena armada rawamangun berangkat paling terakhir dibandingkan teman-teman lainnya. Memasuki jatibening bis ini agak minggir mendekat ke gerbang tol, oh tidak ternyata ada salah satu penumpang nyarkawi yang naik dari jatibening, nilai minus untuk bis sekelas super executive yang masih mau mengambil penumpang gelap.
Supir pinggir ini memang sangat berhati-hati memacu Sahaalah malam ini, pedal gas diinjak tidak lebih dari 90km/jam, bahkan sampai diblong Madjoe Group dari jalur kanan, mungkin kelas super executive dibuat untuk bobomania, terbukti si Arif sudah tarik selimut dan tertidur pulas, padahal perjalanan baru sampai bekasi. Bekasi dan GT Cikarang berhasil dilewati meski dengan keadaan yang cukup padat, dan ketika melewati KM50 tiba-tiba saja kendaraan didepan ngerem mendadak dan seketika Sahaalah pun ikut mengerem dengan mendadak, kali ini terasa sekali perbedaan sistem pengereman antara Hino RN dan RK, meskipun dilakukan secara mendadak bis ini tetap stabil dan tidak limbung, tidak juga berbunyi krikit-krikit seperti RK, sungguh RN lebih aman dan nyaman.
Pukul 20.45 Sahaalah keluar tol Dawuan ditemani dengan pasukan tanah Tegal seperti Deddy Jaya dan Dewi Sri, ada juga beberapa barisan pelangi Sinar Jaya. Tidak begitu menarik mengingat teman jalan tersebut mudah untuk diatasi dalam hal kecepatan. Lepas simpang jomin, keadaan lalu lintas mulai didominasi oleh truck dan laju kendaraan pun melambat. Pukul 21.10 Sahaalah melewati RM.Haryanto dan terihat hanya ada HR81 yang bertugas dari Rawamangun, tak jauh dari RM.Haryanto sudah menanti kemacetan yang diakibatkan perbaikan jalan, kemacetan ini terjadi kurang lebih 2km panjangnya sepanjang daerah Sukamandi.
Sahaalah berhasil keluar dari belenggu kemacetan di Sukamandi dan kini telah bersandar di RM.Barokah pukul 22.40 untuk menyantap jatah makan malam yang telah tersedia. Pelayanan makan malam untuk kelas super executive ternyata tidak dibedakan dengan kelas executive, hanya ayam goreng, sayur dan teh tawar, melihat menu tersebut arif pun berinisiatif menambah telur ayam dan dikenakan biaya tambahan lima ribu rupiah, sungguh pelayanan makan yang buruk untuk sekelas penumpang super executive. RM.Barokah memang bukan rumah makan yang memiliki pelayanan yang baik untuk jalur pantura, mungkin hanya RM.Haryanto yang makanannya cocok dilidah untuk pelayanan makan perjalanan dari barat ke timur.
Pukul 23.10 Sahaalah kembali melanjutkan perjalanan, dan kali ini supir tengah yang mengambil alih, dengan perawakan gemuk dan kumis yang menambah sangar nampaknya supir ini berkarakter supir banter, dan benar saja baru keluar rumah makan, sang supir langsung memacu Sahaalah tanpa ampun dan nampak kesetanan, kecepatan pun tembus angka 100km/jam meskipun harus mengurut dahulu tidak seperti RK yang dengan mudahnya langsung tembus 100km/jam. Selama kemudi dialihkan ke supir tengah bis ini mulai terasa muriaannya, namun sayang hanya ada sinjay, dewi sri, handoyo dan deddy jaya saja yang menjadi teman perjalanan kali ini. Memasuki tol plumbon pun tak terlihat teman perjalanan yang menarik, meskipun sang supir sudah memacu bis ini hingga angka 120km/jam, dan disini mulai ngekress dengan kendaraan dari timur ke barat.
Keluar tol pejagan, Sahaalah hanya melaju sendirian dan didalam kesendiriannya sang supir dengan lihai menaklukan aspal pantura tanpa kesulitan berarti dari kendaraan lainnya. Nampaknya rasa kantuk mulai menyerang dan kuputuskan untuk merasakan nyamannya tidur dalam belaian dan goyangan Sahaalah, dalam sekejab aku pun tersungkur pulas di pangkuan Sahaalah.
Memasuki kawasan pemalang, mata ini sempat melihat kedepan dan ternyata Sahalaah sedang berupaya menaklukan SSM merah dan tanpa kesulitan berhasil diblong, sayonara SSM dirimu nampaknya terlalu terpana dengan cantiknya Sahaalah sehingga mempersilahkan jalan duluan dengan mudahnya. Terlepas dari sergapan SSM sudah menunggu HR 81 “Del Bomba” yang mengajak lari malam di pantura, dan langsung saja Sahaalah menunjukan sisi kejantanannya dengan menempel sengit HR81. Nampaknya kali ini HR81 tidak semudah SSM tadi yang mudah ditaklukan, juru kemudi si menara kudus itu nampaknya tidak ingin memberikan celah sedikit pun untuk Sahaalah, dan entah sampai mana yang jelas aku kembali terbuai kelonan halus Sahaalah.
Pukul 05.00, Sahaalah merapat menuju masjid terdekat di daerah Genuk, sudah berjajar pula Muji Jaya untuk mempersilahkan para penumpangnya solat subuh, ini kelebihan pasukan muria yang selalu menyempatkan istirahat subuhan di setiap perjalanannya. Setengah jam berlalu, Sahaalah dan Muji Jaya pun kembali malanjutkan perjalanan beriringan.
Pukul 06.00, dua gerbang berbentuk menara menandakan kami sudah memasuki daerah Kudus, Sahaalah berhenti sebentar untuk menurunkan paket motor yang telah dititipkan. Ketika menurunkan paket motor, dari samping HR81 “Del Bomba” menyapa kami pagi ini dan melewati dengan sopan, wah berarti lari bareng di pantura semalam berhasil diungguli oleh Sahaalah, handal memang supir tengahnya.
Keluar dari kawasan Kudus dan mulai memasuki daerah Jepara ternyata terdapat razia oleh polisi yang memberhentikan seluruh kendaraan yang lalu lalang tanpa kecuali, dan Sahaalah pun terjaring razia dan diperiksa seluruh kelengkapannya, tumben ada razia di Jepara pikirku, bahkan bis pun tak luput dari razia kali ini, razia yang digelar di daerah Krasak baru pertama aku temui kali ini.
Pukul 07.00 kami berdua sampai di terminal Jepara. Sembari menuruni bis, kami berdua tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada supir dan crew yang telah mengantarkan kami piknik ke Jepara kali ini. Terima kasih atas segala kenyamanan, kenikmatan dan goyangan semalamnya Sahaalah, terima kasih juga ya Allah atas nikamat bis banter yang telah Engkau berikan.
hallo
ReplyDeleteHOLLA
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletekalo jalan2 naik bis tayo aja
ReplyDeleteOtayo otayo dia bis kecil ramah
DeleteAjak2 kale
ReplyDeleteMantapmantapmantap
ReplyDelete